Kenapa Sampah Plastik Berbahaya? Ini Dampaknya bagi Lingkungan

Indonesia menghadapi krisis sampah plastik yang serius. Pada tahun 2024, timbulan sampah plastik diperkirakan mencapai 9,9 juta ton setiap tahunnya, dengan sekitar 4,9 juta ton di antaranya tidak dikelola dengan baik. 

Sampah plastik yang tidak terkumpul seringkali berakhir di perairan atau tempat pembuangan sampah terbuka, menjadikan Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah sebesar 30% dan menangani 70% dari total timbulan sampah pada 2025. 

Lantas, apa saja sebenarnya dampak sampah plastik bagi lingkungan yang perlu kita ketahui? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini!

Baca juga: Apakah Sampah Plastik Bisa Didaur Ulang? Coba Simak!

1. Mengganggu Proses Fotosintesis di Laut

Sampah plastik yang mengapung di permukaan laut menghalangi sinar matahari menembus ke dalam air. Hal ini berdampak pada proses fotosintesis fitoplankton, organisme mikro yang memproduksi oksigen dan menjadi dasar rantai makanan laut. 

Menurut data National Ocean Service, fitoplankton menghasilkan sekitar 50% oksigen di atmosfer. Ketika fitoplankton terganggu, ekosistem laut menjadi tidak seimbang, dan rantai makanan laut dari ikan hingga mamalia laut ikut terdampak.

2. Menyebabkan Akumulasi Mikroplastik di Tanah

Sampah plastik yang tertimbun di tanah perlahan hancur menjadi partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik ini tidak hanya mengubah struktur tanah, tetapi juga mengganggu organisme tanah seperti cacing. 

Cacing tanah misalnya, yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah, dapat terhambat aktivitasnya akibat mikroplastik. Hal ini berpotensi menurunkan produktivitas tanah dan memengaruhi keberlanjutan pertanian.

3. Merusak Kualitas Air Tanah

Sampah plastik yang tertanam di tanah melepaskan zat kimia beracun, seperti bisfenol A (BPA) dan phthalates, yang meresap ke dalam lapisan tanah dan mencemari air tanah. Pencemaran ini tidak hanya berdampak pada tanaman yang tumbuh di wilayah tersebut, tetapi juga pada manusia dan hewan yang bergantung pada air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. 

Laporan dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa bahan kimia dari plastik dapat memicu gangguan endokrin pada manusia jika terakumulasi dalam tubuh.

4. Emisi Gas Berbahaya dari Pembakaran Plastik

Pembakaran sampah plastik sering dianggap solusi cepat untuk mengurangi jumlah sampah, tetapi sebenarnya ini menghasilkan polutan berbahaya seperti dioxin dan furan. Zat-zat ini adalah racun yang dapat mencemari udara dan menyebabkan masalah kesehatan, seperti kanker dan gangguan sistem pernapasan. 

Selain itu, emisi polutan dari pembakaran plastik juga dapat menyebar jauh, mencemari wilayah yang lebih luas dan memperburuk kualitas udara global.

5. Memperburuk Dampak Perubahan Iklim

Proses produksi plastik melibatkan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam, yang berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca. Pada tahun 2019 saja, produksi plastik menghasilkan sekitar 1,8 miliar ton emisi karbon dioksida (CO2), setara dengan 3,4% emisi global. Ketika plastik dibakar, emisi CO2 meningkat lebih jauh, mempercepat pemanasan global dan memperburuk krisis iklim.

Sampah plastik membawa dampak yang luas dan berbahaya bagi lingkungan, mulai dari gangguan ekosistem laut hingga pencemaran tanah dan udara. Untuk mengurangi dampaknya, diperlukan langkah sistemik, termasuk pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah, dan edukasi masyarakat. 

Setiap langkah kecil yang kita ambil, seperti membuat kemasan produk ramah lingkungan atau mendukung kebijakan pengurangan plastik, dapat membantu menyelamatkan lingkungan untuk generasi mendatang. Yuk, mulai sekarang!

Related Posts

Write a comment