Saat ini, kemasan produk tidak lagi sekadar wadah untuk melindungi barang. Kemasan modern hadir dengan berbagai inovasi yang tidak hanya memberikan nilai tambah estetika, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Kemasan semacam ini mengutamakan fungsionalitas, daya tarik visual, dan ramah lingkungan sehingga menjadi pilihan banyak pengusaha yang ingin menonjolkan merek mereka. Berikut adalah 10 contoh kemasan modern yang wajib Anda ketahui!
Baca juga: 7 Jenis Kemasan Plastik Botol, Tebak Biasanya Kamu Pakai yang Mana?
1. Kemasan Edible (Dapat Dimakan)
Contoh kemasan modern yang pertama adalah kemasan yang bisa dimakan atau kemasan edible. Kemasan edible terbuat dari bahan alami seperti rumput laut, pati jagung, atau agar-agar.
Salah satu contoh populernya adalah Ooho! Produk dari Skipping Rocks Lab ini menghadirkan bola kecil berisi air yang dapat dikonsumsi langsung. Kelebihan kemasan ini adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena menghilangkan limbah kemasan (karena kemasan bisa langsung dikonsumsi bersama isinya).
Meski begitu, kemasan semacam ini juga memiliki keterbatasan. Kekurangannya terletak pada daya tahannya yang lebih rendah dibandingkan kemasan plastik. Di Indonesia, penerapan kemasan edible masih sangat terbatas karena biayanya relatif tinggi, berkisar Rp5.000–Rp10.000 per unit, tergantung bahan yang digunakan dalam proses produksinya.
2. Kemasan Biodegradable dari Serat Alam
Kemasan biodegradable merujuk pada semua bahan packaging yang bisa terurai dengan mudah di alam. Kemasan ini memanfaatkan bahan seperti bambu, tebu, atau jerami. Salah satu perusahaan di Indonesia yang menggunakan konsep ini adalah Plepah. Plepah membuat wadah makanan dari bahan baku pelepah pohon pinang.
Tidak seperti plastik yang butuh waktu bertahun-tahun untuk terurai, kemasan ini lebih cepat hancur saat dibuang ke alam. Inimenjadikannya pilihan ramah lingkungan. Biodegradable packaging cocok untuk makanan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Namun, harganya bisa lebih mahal dibandingkan plastik biasa, sekitar Rp3.000–Rp7.000 per unit.
Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan terhadap kemasan biodegradable di Indonesia mengalami peningkatan. Ini karena semakin banyak pelaku usaha, khususnya yang bergerak dalam industri F&B (food & beverages) yang semakin peduli pada kelestarian lingkungan.
3. Kemasan Botol dari Plastik Daur Ulang atau Plastik Ocean-Bound
Beberapa perusahaan menggunakan plastik daur ulang atau plastik yang dikumpulkan dari laut untuk memproduksi botol. Salah satunya adalah Method. Kemasan ini membantu mengurangi limbah laut dan menciptakan ekonomi sirkular. Selain dibuat dengan sampah dari laut, produk Method dirancang agar bisa didaur ulang dengan mudah lewat sistem yang sudah ada.
Meski relatif aman bagi lingkungan, biaya produksinya masih lebih tinggi karena proses daur ulang yang memerlukan teknologi khusus. Harga botol daur ulang biasanya 20–30% lebih mahal dibandingkan botol plastik konvensional.
4. Kemasan dari Jamur atau Mycelium
Salah satu cara membuat kemasan modern yang lebih ramah lingkungan adalah dengan mencari bahan pengganti yang punya sifat mirip dengan kemasan yang sudah ada. Salah satu yang populer belakangan adalah penggunaan mycelium.
Mycelium, struktur akar jamur, digunakan untuk menggantikan styrofoam dalam kemasan modern. Ecovative Design menjadi salah satu pelopor kemasan ini. Kelebihannya adalah mudah terurai secara alami dan tidak mencemari lingkungan.
Sayangnya karena biaya produksi yang masih tinggi, kemasan semacam ini masih sulit ditemukan di Indonesia. Biaya produksi bisa memakan rentang antara Rp15.000–Rp25.000 per unit.
5. Kemasan Kertas Tanam (Seed Paper Packaging)
Kemasan ini menggunakan kertas yang mengandung biji tanaman, sehingga setelah digunakan dapat ditanam dan tumbuh menjadi tanaman. Cocok untuk produk kosmetik atau ramah lingkungan, kemasan ini memberikan pengalaman unik bagi konsumen.
Selain digunakan untuk kemasan, seed paper juga ada yang dimanfaatkan sebagai bahan percetakan. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Mainichi Shimbun, sebuah koran ternama di Jepang. Mereka menggunakan seed paper sebagai bahan untuk mencetak surat kabar mereka. Dengan begitu, koran tidak hanya akan berakhir jadi sampah setelah selesai dibaca.
Kekurangannya adalah biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan kertas biasa, sekitar Rp8.000–Rp15.000 per unit. Di Indonesia kemasan ini mulai digunakan, meskipun masih terbatas pada segmen premium.
6. Kemasan Minimalis Berbahan Alumunium
Karena aluminium mudah didaur ulang, banyak produk beralih ke bahan ini. Salah satu contohnya seperti kaleng air dan kemasan kosmetik oleh LUSH. Kemasan aluminium tahan lama, anti-karat, dan dapat digunakan berulang kali. Meski begitu, harganya cukup mahal, dengan biaya sekitar Rp10.000–Rp30.000 per unit tergantung desain. Di Indonesia, penggunaannya meningkat, terutama untuk produk minuman.
7. Kemasan Refillable (Isi Ulang)
Kemasan refillable memungkinkan konsumen untuk mengisi ulang produk di toko atau pusat isi ulang khusus. Contohnya adalah botol parfum atau sabun isi ulang. Kelebihannya adalah mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan menghemat biaya jangka panjang.
Namun, sistem ini memerlukan infrastruktur khusus. Misalnya saja untuk pengisian ulang dibutuhkan stasiun atau tempat khusus. Fasilitas inilah yang belum banyak tersedia di Indonesia. Harga botol isi ulang berkisar Rp20.000–Rp50.000, tergantung kualitas material dan ukuran kemasannya.
8. Kemasan Berlapis Tanaman (Plant-Based Plastics)
Plastik berbasis tanaman seperti PLA (polylactic acid), terbuat dari bahan alami seperti jagung dan tebu. Salah satu brand yang menggunakan jenis kemasan ini adalah BIONIC. Plastik ini lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik konvensional, meskipun membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai.
Untuk biaya produksinya plastik ini masih lebih terbilang mahal. Harganya sekitar 1,5–2 kali lipat dari plastik biasa. Di Indonesia, kemasan berbasis tanaman mulai diterapkan, terutama oleh perusahaan multinasional meski masih dalam cakupan yang sangat terbatas.
9. Kemasan Origami Tanpa Lem
Terinspirasi dari seni lipat Jepang, kemasan origami dirancang tanpa menggunakan lem sehingga mudah didaur ulang. Kemasan ini banyak digunakan untuk makanan ringan atau kosmetik.
Kelebihan dari jenis kemasan ini adalah proses produksi yang sederhana dan hemat energi. Namun, kelemahannya adalah terbatas pada produk yang ringan dan tidak membutuhkan perlindungan ekstra. Harga per unitnya sekitar Rp3.000–Rp8.000.
10. Kemasan Fleksibel dengan Teknologi AR (Augmented Reality)
Contoh kemasan modern lainnya yang tidak kalah menarik adalah kemasan berbasis AR. Kemasan fleksibel berbasis AR memberikan pengalaman interaktif kepada konsumen. Misalnya, kemasan 19 Crimes Wine memungkinkan pengguna melihat cerita di botol menggunakan aplikasi AR. Teknologi ini meningkatkan engagement konsumen dengan merek.
Meski prospektif dan menarik untuk diterapkan di berbagai bidang, biayanya cukup mahal karena memerlukan integrasi digital, mulai dari Rp50.000 per unit. Di Indonesia, teknologi ini masih jarang digunakan, tetapi potensinya besar untuk pemasaran modern.
Kemasan modern tidak hanya menjadi solusi inovatif untuk melindungi produk, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan pengalaman konsumen. Pilihan kemasan seperti biodegradable, edible, atau berbasis teknologi tinggi dapat meningkatkan nilai produk Anda di pasar. Namun, penting untuk mempertimbangkan biaya, ketersediaan teknologi, dan kebutuhan pasar dalam memilih jenis kemasan yang tepat.
Untuk Anda yang ingin mulai menerapkan kemasan modern, prioritaskan solusi yang sesuai dengan visi bisnis sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan. Paperlicious sebagai penyedia jasa percetakan dan pembuatan packaging ikut berperan serta mendukung bisnis Anda yang sustainable dengan menyediakan beragam material yang ramah lingkungan seperti kertas kraft.
Memadukan bahan berkualitas ramah lingkungan dengan desain yang menarik akan membantu produk Anda lebih dikenal publik. Jadi, jangan tunggu lagi, segera konsultasikan kebutuhan packaging Anda hanya kepada Paperlicious. Cek informasi selengkapnya di sini.
Baca juga: Mau Pakai Kemasan Serba Bisa? Yuk Coba Kemasan Fleksibel!